Manajer
Dalam Kegiatan Manajemen
Untuk
memenuhi kewajiban tugas mata kuliah Pengantar Manajemen
Dosen
Pengampu:
Ika
Susilawati, SE., M.M.
197906142009012005
Oleh:
Devid
Frastiawan A.S.
|
(210211052)
|
|
|
Selly
Ayu M.
|
(210211038
|
Jurusan
Syari’ah
Prodi
Mu’amalah
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PONOROGO
2013
PENDAHULUAN
Manajemen
merupakan sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan organisasi
melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan pengendalian orang-orang serta sumber daya organisasi lainnya, hal ini dilakukan
agar tujuan organisasi dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Manajemen
memegang peranan sangat penting di dalam setiap organisasi, baik itu organisasi
berskala besar ataupun organisasi yang berskala kecil. Tak jarang banyak
kegagalan ditemukan karena buruknya manajemen tersebut. Di era sekarang ini,
persaingan semakin ketat. Bukan berarti tidak ada kesempatan, melainkan ketika
kesempatan itu ada maka manajemenlah yang memegang peranan paling besar untuk
memanfaatkan kesempatan tersebut, bahkan bisa jadi dengan manajemen yang baik
maka akan terbuka lebih banyak lagi kesempatan yang lain yang lebih baik.
Berdasarkan
hal inilah maka di dalam makalah ini terdapat beberapa uraian tentang peran
manajer, keahlian manajemen, dan tingkatan manajemen. Dengan harapan, makalah
ini dapat memberikan pengetahuan dasar dalam memahami manajemen lebih dalam
lagi.
PEMBAHASAN
1. Peran Manajer.
Peranan yang bersifat “Interpersonal”.
Peranan yang bersifat interpersonal antara lain dimaksudkan
untuk menumbuhsuburkan iklim solidaritas dan kebersamaan dalam organisasi.
Peranan ini sering menampakkan dirinya dalam tiga bentuk utama, yaitu:
a. Figurehead
role (peran sebagai kepala).
Tidak dapat disangkal dari
pengalaman banyak orang menunjukkan bahwa eksistensi suatu organisasi sering
diidentikkan dengan orang-orang yang menduduki jabatan manajemen puncak dalam
organisasi tersebut. Salah satu akibat dari peranan tersebut ialah kesediaan
manajemen untuk terlibat dalam berbagai kegiatan sosial dan seremonial.
b. Leader
role (peran pimpinan).
Kemampuan memimpin yang efektif
akan turut menentukan keberhasilan atau kegagalan organisasi karena dengan
kepemimpinan itulah orang lain dibina, diarahkan, dan diberi motivasi yang
tepat. Dari teori kepemimpinan diketahui bahwa kepemimpinan yang efektif antara
lain menyangkut gaya kepemimpinan yang situasional yang pada umumnya berarti
bahwa dalam menerapkan kepemimpinannya, seorang manajer menyesuaikan gaya
tersebut dengan tingkat kematangan mental, professional, dan teknis para
bawahan, meskipun gaya yang demokratiklah yang sesungguhnya paling didambakan.
c. Liaison
role (peran penghubung).
Yaitu peranan selaku wakil
organisasi dalam menghadapi berbagai pihak diluar organisasi yang mempunyai
kemitraan atau hubungan kerja dengan organisasi yang bersangkutan. Salah satu
bentuk hubungan ini ialah bahwa manajemen menerima informasi dari pihak luar
dan sebaliknya memberikan informasi kepada pihak luar tersebut tentang
organisasi yang dipimpinnya.[1]
Peranan Informasional.
Yang dimaksud dengan peranan ini
ialah bahwa dalam kedudukannya selaku unsur pimpinan dalam organisasi,
manajemen menjadi pengontrol arus informasi dalam organisasi disamping menerima
dan membagi informasi tersebut. Peranan ini terbagi menjadi 3 bentuk, yaitu:
a. Monitor
role (peran pemantau).
Sebagai pemantau arus informasi,
manajemen berupaya untuk menjamin bahwa informasi yang diterima diperlukan oleh
manajemen dalam menjalankan semua jenis peranan, fungsi, dan kegiatannya serta
menjamin informasi tersebut segera sampai kepada satuan kerja yang
memerlukannya dan sebaliknya arus informasi keluar berjalan lancar dalam arti
diterima oleh pihak luar yang memerlukannya.
b. Disseminator
role (peran penyebar).
Manajemen harus mengetahui dengan
pasti dan tepat kepada siapa dan informasi apa yang diberikan dan untuk
kepentingan apa. Lancar tidaknya pelaksanaan kegiatan para bawahan terutama
ditentukan oleh informasi apa yang diperolehnya dari manajemen pada tingkat
yang lebih tinggi.
c. Spokesmen
role (peran juru bicara).
Dengan peranan ini manajemen
menyampaikan informasi tentang berbagai segi kehidupan organisasi seperti
strateginya, rencananya, kebijaksanaan-kebijaksanaannya, tindakan operasional
dan hasil yang dicapai kepada berbagai pihak yang memerlukannya.[2]
Peranan Selaku Pengambil Keputusan
Pada tingkat yang berbeda-beda para
manajer dalam suatu organisasi berperan selaku pengambil keputusan, baik yang
sifatnya strategis, fungsional, dan teknis operasional. Peranan tersebut timbul
karena manajemen memiliki wewenang untuk bertindak selaku:
a. Entrepreneur
role (peran wirausaha).
Manajemen paling bertanggungjawab
untuk mengamati situasi internal dan lingkungan sedemikian rupa sehingga jika
peluang baru timbul untuk melakukan kegiatan tertentu dalam rangka peningkatan
kemampuan organisasi mencapai tujuan dan sasarannya, peluang tersebut dapat
dimanfaatkan dengan segera dan semaksimal mungkin. Disamping itu, para manajerlah
yang diharapkan mengambil prakarsa untuk mewujudkan perubahan yang mungkin
dituntut oleh kondisi internal organisasi
dan perkembangan yang terjadi pada lingkungan.[3]
b. Disturbance-handler
role (peran penghalau gangguan).
Manajemen yang tangguh adalah
manajemen yang antisipatif sehingga tidak sering dihadapkan kepada suasana
“pendadakan” meskipun unsur ketidakpastian selalu ada. Untuk meredam
ketidaktenangan yang mungkin timbul, manajemen dapat melakukan berbagai pilihan
tindakan, termasuk pengkajian ulang strategi dan rencana organisasi dan
mengkomunikasikan hasil pengkajian tersebut kepada seluruh jajaran organisasi.[4]
c. Resource
allocator of role (peran pembagi
sumberdaya).
Kewenangan yang dimiliki oleh
kelompok manajemen tampak dalam berbagai bentuk, seperti kewenangan
mengalokasikan anggaran, sarana dan prasarana kerja, sumber daya mausia, serta
wewenang untuk memberikan penghargaan atas kinerja dan perilaku positif.
d. Negotiator
role (peran perunding).
Peranan ini selaku perunding bagi
organisasi vis a vis berbagai pihak
diluar organisasi. Misalnya perunding dengan organisasi serikat pekerja dalam
hal timbulnya pertikaian perburuhan; perunding dengan para pemasok untuk
memperoleh bahan mentah dan bahan baku yang bermutu tinggi, harga yang wajar,
syarat-syarat pembayaran yang selunak mungkin, jadwal penyampaian yang sesuai
dengan kebutuhan organisasi; perunding dengan mitra kerja, termasuk dengan
lembaga keuangan dan perbankan; perunding dengan para pesaing, seperti dalam
hal penentuan strategi bersama yang menyangkut harga jual produk; serta
perunding dengan pihak pemerintah seperti halnya dalam negosiasi, kontrak
kerja, dan lain sebagainya.[5]
2. Keahlian Manajemen.
Pada dasarnya untuk dapat
mengimplementasikan kegiatan manajemen yang sesuai dengan fungsinya
masing-masing, maka diperlukan beberapa keahlian manajemen (managerial skills), keahlian-keahlian
tersebut meliputi:
a. Keahlian konseptual (conceptual skills).
Yaitu keahlian dalam berpikir
secara abstrak, sistematis, termasuk di dalamnya mendiagnosa dan menganalisis
berbagai masalah dalam situasi yang berbeda-beda, bahkan keahlian untuk
memprediksi masa yang akan datang.
b. Keahlian berkomunikasi dan berinteraksi
dengan masyarakat (human relation skills).
Yaitu keahlian dalam memahami dan
melakukan interaksi dengan berbagai jenis orang di masyarakat. Contohnya adalah
keahlian dalam bernegoisasi, memotivasi, meyakinkan orang, dan lain sebagainya.
c. Keahlian teknis (technical skills).
Keahlian yang diperlukan untuk
melakukan pekerjaan spesifik tertentu, seperti mengoperasikan komputer,
mendesain bangunan, membuat layout
perusahaan, dan lain sebagainya.[6]
d. Keahlian dalam pengambilan keputusan (decision making skills).
Merupakan kemampuan untuk
mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya.
e. Keahlian manajemen waktu (time management skills).
Merupakan keahlian yang merujuk
pada kemampuan seorang manajer untuk menggunakan waktu yang dimilikinya secara
bijaksana.[7]
3. Tingkatan Manajemen.
Di dalam sebuah organisasi atau
perusahaan, secara lazim terdapat 3 tingkatan di dalam manajemen tersebut,
yaitu:
a. Top
Management (Manajemen Tingkat Atas).
Yang termasuk dalam golongan ini
adalah anggota-anggota Board of Manager
(Dewan Direksi) dan presiden perusahaan.[8] Manajemen
tingkat ini memiliki ciri:
-
Bekerja
untuk mengonsep dan mewujudkan visi dan misi perusahaan.
-
Merancang
strategi perusahaan secara keseluruhan, termasuk memutuskan kebijaksanaan akuisisi dan merger.
-
Mengedepankan
pekerjaan dengan format keputusan bersifat umum (abstrak), dan selanjutnya
memerintahkan pihak middle dengan
tujuan sesuai dengan yang diarahkannya.
-
Informasi
yang diterima oleh pihak top management
cukup yang bersifat poin-poin saja, dalam artian hanya executive summary dan tidak perlu harus sampai 500-1000 halaman.
Karena pihak top management harus
mengambil keputusan secara cepat dan tepat.
-
Manajemen
tingkat atas tidak membutuhkan informasi tentang berapa banyak penjualan hari
ini, yang diperlukan adalah berapa besar penjualan dari bulan ke bulan apakah
ada tren (kecenderungan) naik atau
turun. Sehingga dai informasi ini akan diketahui apa kondisi masa depan yang
akan terjadi.[9]
b. Middle
Management (Manajemen Tingkat Menengah).
Yang termasuk ke dalam golongan ini
adalah Kepala-Kepala Bagian, Kepala-Kepala Divisi dan Kepala-Kepala Seksi.[10] Manajemen
tingkat ini memiliki ciri:
-
Middle management
bertugas menjembatani informasi yang berhubungan antara top dan lower management.
-
Mengedepankan
konsep efektivitas dalam melaksanakan
pekerjaan.
-
Bertanggungjawab
terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh pihak lower management, dan berusaha memperkecil resiko pekerjaan yang
akan terjadi nantinya.
c. Lower
Management (Manajemen Tingkat Bawah).
Yang termasuk ke dalam golongan ini
adalah Kepala Mandor dan Mandor.[12] Manajemen
tingkat ini memiliki ciri:
-
Mengerjakan
seluruh pekerjaan yang ditugaskan oleh pihak middle management hingga beres.
-
Mengedepankan
konsep efisiensi dalam bekerja.
-
Melakukan
pekerjaan dengan sangat sistematis dan terstruktur, serta menghindari timbulnya
kesalahan yang bersifat fatal.
-
Kebutuhan
dan pengolahan informasi bersifat maksimal.
-
Kebutuhan
akan informasi yang lalu lebih dibutuhkan, karena dari informasi masa lalu
tersebut kemudian diolah dengan mempergunakan perangkat analisis untuk disusun
dan dinarasikan.
-
Lower management
bertugas melayani unit-unit yang paling bawah.
KESIMPULAN
1. Peran Manajer.
a. Peranan yang bersifat “Interpersonal”.
-
Figurehead role
(peran sebagai kepala).
-
Leader role
(peran pimpinan).
-
Liaison role
(peran penghubung).
b. Peranan Informasional.
-
Monitor role
(peran pemantau).
-
Disseminator role
(peran penyebar).
-
Spokesmen role
(peran juru bicara).
c. Peranan Selaku Pengambil Keputusan.
-
Entrepreneur role
(peran wirausaha).
-
Disturbance-handler role
(peran penghalau gangguan).
-
Resource allocator of role (peran
pembagi sumberdaya).
-
Negotiator role
(peran perunding).
2. Keahlian Manajemen.
a. Keahlian konseptual (conceptual skills).
b. Keahlian berkomunikasi dan berinteraksi
dengan masyarakat (human relation skills).
c. Keahlian teknis (technical skills).
d. Keahlian dalam pengambilan keputusan (decision making skills).
e. Keahlian manajemen waktu (time management skills).
3. Tingkatan Manajemen.
a. Top
Management (Manajemen Tingkat Atas).
b. Middle
Management (Manajemen Tingkat Menengah).
c. Lower
Management ( Manajemen Tingkat Bawah).
[1] Sondang P. Siagian, Sistem Informasi Manajemen (Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2006), 29.
[2] Ibid., 31.
[3] Ibid.
[4] Ibid., 32.
[5] Ibid.
[6] Husaini Usman, Manajemen – Teori Praktik & Riset
Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 13.
[7]
Id.m.wikipedia.org/wiki/Manajemen, diakses pada tanggal 26 Februari 2013 pukul
05.00 AM.
[8] M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen (Medan: Ghalia
Indonesia, 1988), 28.
[9] Irfan Fahmi, Manajemen Kinerja - Teori dan Aplikasi
(Bandung: CV. Alfabeta, 2010), 84.
[11] Fahmi, Manajemen, 85.
[13] Fahmi, Manajemen, 86.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar